Surat Cinta Untuk Perempuanku.
Kita sedang—lebih jauh lagi—dipisahkan oleh jarak. Pertemuan
menjadi sesuatu yang teramat mahal untuk kita dapatkan. Sering aku merasa
rindu, dan mungkin begitupun dirimu; yang juga merindukanku.
Biasanya, kalau salah satu dari kita ada yang merasa rindu
di dadanya sudah cukup menyiksa, pasti akan langsung datang dan menemui. Tapi kini,
jarak itu rasanya terlampau jauh untuk diarungi.
Kini kita hanya bisa bercengkrama dalam kata, ya, hanya dalam
kata, dalam perbincangan pesan singkat di setiap pagi kita. Di saat kamu baru terbangun dari
tidurmu dan aku yang masih terjaga dari tidurku.
Aku tak pernah benar-benar tahu apa yang sedang kamu lakukan
di sana, sesering apa pun kamu mengabariku dengan jelas.
Kamu tak pernah benar-benar tahu apa yang sedang kulakukan
di sini, karena sebisa mungkin aku tak ingin membuatmu cemas.
“Selamat pagi, Pacar!” katamu di sana, di Whatsapp.
“Pagi...” kataku sambil menghentikan aktivitas menonton film
kartun hasil download-an semalam.
“Ke mana aja?”
“Hah?”
“Ke mana aja gak ada kabar? Kalo mau ngilang-ngilang tuh
kabarin dulu. Biar aku gak nyariin. Aku cuma mau tau kabar kamu aja kok. Aku gak
akan ganggu kamu kalo aku tau kamu lagi sibuk. Masalahnya, aku gak pernah tau.
kamu langsung ngilang gitu aja gak ada kabar.”
“Oh, aku ketiduran.” Jawabku, singkat.
Padahal aku kan hanya tidak mengabarimu dalam beberapa jam,
tapi kamu sudah sepanik itu. bagaimana kalau aku tidak mengabarimu dalam beberapa
hari? Atau beberapa minggu? Mungkin kamu sudah melaporkan berita kehilanganku ke kantor Polisi. Berlebihan.
“Aku kangen!” katamu.
“Samperin!” balasku.
Bukan hanya kamu, tapi aku pun merasakan kerinduan itu. Meski
aku tak pernah mengatakannya, aku yakin kamu sudah tahu.
Semakin jauh jarak di antara kita, semakin besar juga godaannya.
Baru-baru ini ada wanita yang mendekatiku. Kamu tahu? Oh,
tentu tidak, kan aku belum cerita. Tapi kamu tenang saja. Aku hanya didekati kok, belum sampai
dimiliki.
Bagiku, memilikimu adalah salah satu bentuk kebahagiaan yang
Tuhan berikan kepadaku saat ini, mana mungkin aku menyia-nyiakanmu? Kalau memang
ada wanita lain yang tertarik padaku, harusnya kamu jangan marah, karena itu
artinya lelakimu ini masih laku. Memangnya kamu mau berpasangan dengan lelaki
yang sudah tidak laku? Kalau mau, silakan. Kalau aku sih tidak mau sama lelaki
seperti itu. sudah tidak laku, lelaki pula. Huh.
Sore ini kamu sudah pulang dari kampung halamanmu dan
kembali ke perantauanmu. Dengan begitu jarak di antara kita sudah tidak sejauh beberapa
minggu yang lalu. Hey, aku rindu.
Bagaimana kalau besok kita bertemu? Aku samperin rumahmu!
—Ttd Lelakimu—