Chrome Pointer

Sabtu, 09 Agustus 2014

Posted by Unknown | File under :
Surat Cinta Untuk Perempuanku.


Kita sedang—lebih jauh lagi—dipisahkan oleh jarak. Pertemuan menjadi sesuatu yang teramat mahal untuk kita dapatkan. Sering aku merasa rindu, dan mungkin begitupun dirimu; yang juga merindukanku.

Biasanya, kalau salah satu dari kita ada yang merasa rindu di dadanya sudah cukup menyiksa, pasti akan langsung datang dan menemui. Tapi kini, jarak itu rasanya terlampau jauh untuk diarungi.

Kini kita hanya bisa bercengkrama dalam kata, ya, hanya dalam kata, dalam perbincangan pesan singkat di setiap pagi kita. Di saat kamu baru terbangun dari tidurmu dan aku yang masih terjaga dari tidurku.


Aku tak pernah benar-benar tahu apa yang sedang kamu lakukan di sana, sesering apa pun kamu mengabariku dengan jelas.

Kamu tak pernah benar-benar tahu apa yang sedang kulakukan di sini, karena sebisa mungkin aku tak ingin membuatmu cemas.


“Selamat pagi, Pacar!” katamu di sana, di Whatsapp.

“Pagi...” kataku sambil menghentikan aktivitas menonton film kartun hasil download-an semalam.

“Ke mana aja?”

“Hah?”

“Ke mana aja gak ada kabar? Kalo mau ngilang-ngilang tuh kabarin dulu. Biar aku gak nyariin. Aku cuma mau tau kabar kamu aja kok. Aku gak akan ganggu kamu kalo aku tau kamu lagi sibuk. Masalahnya, aku gak pernah tau. kamu langsung ngilang gitu aja gak ada kabar.”

“Oh, aku ketiduran.” Jawabku, singkat.

Padahal aku kan hanya tidak mengabarimu dalam beberapa jam, tapi kamu sudah sepanik itu. bagaimana kalau aku tidak mengabarimu dalam beberapa hari? Atau beberapa minggu? Mungkin kamu sudah melaporkan berita kehilanganku ke kantor Polisi. Berlebihan.


“Aku kangen!” katamu.

“Samperin!” balasku.

Bukan hanya kamu, tapi aku pun merasakan kerinduan itu. Meski aku tak pernah mengatakannya, aku yakin kamu sudah tahu.


Semakin jauh jarak di antara kita, semakin besar juga godaannya.

Baru-baru ini ada wanita yang mendekatiku. Kamu tahu? Oh, tentu tidak, kan aku belum cerita. Tapi kamu tenang saja. Aku hanya didekati kok, belum sampai dimiliki.

Bagiku, memilikimu adalah salah satu bentuk kebahagiaan yang Tuhan berikan kepadaku saat ini, mana mungkin aku menyia-nyiakanmu? Kalau memang ada wanita lain yang tertarik padaku, harusnya kamu jangan marah, karena itu artinya lelakimu ini masih laku. Memangnya kamu mau berpasangan dengan lelaki yang sudah tidak laku? Kalau mau, silakan. Kalau aku sih tidak mau sama lelaki seperti itu. sudah tidak laku, lelaki pula. Huh.


Sore ini kamu sudah pulang dari kampung halamanmu dan kembali ke perantauanmu. Dengan begitu jarak di antara kita sudah tidak sejauh beberapa minggu yang lalu. Hey, aku rindu.

Bagaimana kalau besok kita bertemu? Aku samperin rumahmu!





 —Ttd Lelakimu—