Sepagi ini kusudah menyalakan laptop kesayangan yang
kumiliki satu-satunya ini dengan sangat lembut—penuh kekhawatiran—karena takut
rusak.
Dengan ditemani secangkir kopi hitam yang sudah mulai dingin
dan diintai sekawanan semut, kubuka Microsoft Word untuk mengedit ‘sepaket’
tulisan yang insyaAllah akan kujadikan sebuah Novel pertamaku yang juga
insyaAllah akan kuberi judul Auahelap!.
Di rumahku memang banyak sekali semut, terlebih di kamarku.
Entah semut-semut itu datang dari mana. Setiap kali kuhidangkan kopi, mereka
selalu datang. Seperti layaknya seseorang yang mengaku dirinya teman, tapi
hanya menghampiri ketika kusedang berlimpah rejeki. Teman macam apa? Teman
macam semut?
Sebaiknya kita abaikan saja teman semacam itu. Eh, maksudnya
semut itu.
Kembali ke Novel Auahelap!.
Novel pertamaku ini ditulis kurang dari waktu satu bulan. Hebat,
kan? Anggap saja itu adalah alasanku ketika ada yang bertanya, “Kok isi Novelnya
standard?”.
Bukan pekerjaan yang mudah bagiku untuk merampungkan naskan
Novel Auahelap!.
Aku bukan penulis. Aku hanya seseorang yang suka menulis.
Bila kamu mengganggap tulisanku bagus, mungkin itu ada hubungannya dengan jenis
font yang kupakai.
Berawal dari akun twitter @nulisbuku, kubaca kabar yang
mengabarkan tentang sebuah lomba menulis Novel, #BulanNarasi namanya. Dengan bermodalkan
ke-nekat-an dan ke-sotoy-an yang kumiliki, aku pun mendaftarkan diri.
Sebulan berlalu, naskah Novel Auahelap! selesai kurampungkan.
Tentunya dengan bantuan dari beberapa orang temanku yang sudah dengan suka rela
membantuku.
Terima kasih.
Terima kasih.
Apakah ada keinginan untuk memenangkan lomba dengan naskah Novelnya? – Ada, tapi bukan prioritas.
Tujuanku ikut serta dalam lomba, bukan untuk menjadi juara. Tapi lebih sederhana dari itu, aku hanya ingin memiliki Novel
karyaku sendiri. Bagiku, itu sudah cukup menyenangkan.
Apakah cerita di Novelnya lucu? – Tergantung selera humor masing-masing.
Untuk orang yang lebih dulu dikenal sebagai komedian,
pertanyaan semacam itu memang banyak sekali berdatangan kepadaku. Tapi maaf,
harus kubilang, kalau Novel Auahelap! itu tidak lucu.
Apakah Novelnya akan segera ada di Toko Buku? – Tidak.
Sudah kucoba menawarkan naskah Novel Auahelap! ini
kebeberapa penerbit, dan hasilnya sama. Ditolak. Entah karena apa? Mungkin karena
isi Novelnya terlalu standard. Atau mungkin karena followersku di twitter tidak
terlalu banyak, jadi penerbit pun bingung menerbitkannya, takut tidak laku.
Entahlah, aku tidak tahu.
Apakah naskah Novelnya sejelek itu? – Bila dibandingkan dengan buku pelajaran anak SMA, Novelku sedikit lebih tidak membosankan.
Sebelum kuputuskan untuk menerbitkan Novel Auahelap! ini, kutanya
kepada salah seorang temanku yang kebetulan juga merangkap sebagai penyunting,
namanya Harry Ramdhani. Katanya, “Gua pernah nemuin gaya tulisan kayak gini di cerpen Koran Republika (tempat para penulis yang hebat menuangkan tulisan mereka). Kalo
ditanya, tulisan kayak gini layak dibaca apa nggak? Ya menurut gua sih layak.”
Apakah Novel Auahelap! akan dijual untuk umum? – Tentunya.
Aku berkarya bukan hanya untuk menyenangkan diriku sendiri.
Kalau ada yang mau menikmatinya juga, ya silakan. Aku percaya, di luar sana,
ada beberapa orang yang menyukai karyaku. Meskipun mungkin, ada banyak lagi dari
itu yang membencinya. Namanya juga hidup, selalu ada Yin dan Yang. Ada positif
di setiap yang negatif, dan sebaliknya.
Apakah ada cara untuk membeli Novelnya? – Akan kujelaskan.
Novel Auahelap! tidak ada di Toko Buku. Untuk membelinya,
hanya bisa dengan cara online. Seperti halnya berbelanja di Online Shop, kamu
tinggal masuk ke Toko Online (Website) kemudian memesannya. Dan dalam beberapa
hari, pesananmu datang.
2. Klik "How To Shop" (untuk mengetahui cara memesan buku di website tersebut)
3. Search judul buku yang ingin dibeli
Apakah Novelnya bisa dibeli sekarang? – Sudah.
Untuk informasi lebih lanjut, kamu bisa memantaunya di timeline @ridwanremin. Silakan menanyakan apa pun kepadanya yang berhubungan dengan Novel Auahelap!. InsyaAllah akan dijawabnya dengan senang hati.
Terima kasih.