Chrome Pointer

Senin, 20 Januari 2014

Posted by Unknown | File under :
Cosmo Cosma, sesosok peri bodoh yang datang ke bumi bersama istrinya Wanda Fairywinkle untuk menemani Timmy Turner, seorang anak laki-laki yang selalu hidup dalam ketidak beruntungan.


     Suatu hari, Cosmo dimintai tolong oleh Timmy untuk menciptakan sebuah alat yang bisa membuat Timmy menjadi pintar tanpa harus belajar.

     "Bagaimana bisa aku membuat alat seperti itu, sementara aku saja tidak pintar?" kata Cosmo sedikit ragu.

     "Kamu memang tidak pintar, tapikan kamu peri. Buatlah dengan sihirmu!" pinta Timmy agak memaksa.

     "Sebaiknya kamu meminta bantuan kepada Wanda. Dia itukan peri yang sangat berbakat, apapun pasti bisa dia buat," Cosmo mencoba memberi solusi.

     "Tidak! Wanda pasti tidak akan mau membuatkanku alat seperti itu," Timmy menjawabnya di dalam hati.

     Kemudian Wanda datang, entah dari mana. Mungkin dari salon, atau mungkin dari pasar, atau mungkin juga dari tadi memang sudah ada di sana bersama mereka tapi tidak terlihat.
Wanda itu kan peri yang sangat berbakat, Ia bisa ada di mana saja tanpa terlihat, dan Ia juga bisa pergi kemana saja dengan cepat. Wanda memang peri yang sangat hebat.

     "Wanda, kamu dari mana saja?" tanya Cosmo.

     "Tadi aku baru saja dari kelurahan peri, mengambil surat kelakuan baik. Kalian sedang diskusi apa? Sepertinya ada yang sedang serius di sini," begitu kata Wanda.

     "Ini, Timmy ingin dibuat..."

     "...Tidak sedang apa-apa kok, Wanda. Kamu istirahat saja, pasti kamu lelah," Timmy memotong perkataan Cosmo. Timmy tidak ingin Wanda tahu tentang rencananya. Timmy takut Wanda melarang Cosmo untuk menurutinya.

     "Ada apa? Katakanlah," kata Wanda yang mulai penasaran.

     "Timmy ingin dibuatkan alat yang bisa membuatnya pintar tanpa harus belajar," Cosmo pun menjawabnya dengan lancar.

     "Alat aneh macam apa itu? Kalau ingin pintar, ya belajar!" kata Wanda sedikit kesal.

     "..." Timmy pun terdiam. Timmy memang sudah menduganya, Wanda pasti tidak akan pernah setuju dengan semua rencana bodohnya.

     "Coba kamu bayangkan, kalau ada alat yang bisa membuat seseorang menjadi pintar tanpa harus belajar, siapa lagi yang mau pergi ke sekolah?" tanya Wanda kepada Timmy, dan Timmy lagi-lagi hanya bisa terdiam.

     "Kalau semua orang sudah tidak ada lagi yang mau pergi ke sekolah, maka semua sekolahan yang ada di bumi pasti akan bangkrut. Dan kalau semua sekolahan sudah bangkrut, siapa yang akan memberi upah kepada para guru? Siapa yang akan memberi rezeki kepada tukang jahit seragam sekolah? Siapa?!" lanjut Wanda dengan nada bicara yang sedikit meninggi.

     "Lalu bagaimana dengan nasib tukang cilok, tukang ager, tukang gulali, dan para tukang dagang lainnya yang setiap hari mangkal di depan sekolah? Kalau tidak ada lagi yang mau datang ke sekolah, siapa yang akan membeli dagangan mereka?" pertanyaan demi pertanyaan yang Wanda tujukan kepada Timmy hanya membuat Timmy semakin terdiam. Timmy tidak pernah berpikir sejauh itu.

     Timmy hanya seorang anak yang polos, yang lugu, yang belum tahu apa-apa. Timmy ingin dibuatkan alat agar dia bisa pintar tanpa harus belajar, hanya karena Timmy malas belajar. Bukan karena ingin menyusahkan banyak orang.

     "Tidak semua yang kamu mau, bisa kamu dapatkan begitu saja. Semua itu ada prosesnya," Wanda pun kemudian menasehati Timmy dengan nada bicara yang sudah agak tenang.

     "Kalau kamu punya keinginan, berusahalah untuk mewujudkan keinginan itu dengan usahamu sendiri. Aku dan Cosmo hanya akan membantumu di saat kamu benar-benar kesulitan, bukan di saat kamu malas-malasan," lanjut Wanda menasehati.

     "Iya, kami akan selalu ada untukmu, Timmy!" kata Cosmo menambahkan.

     "Jadilah anak yang baik, yang tidak egois, yang tidak hanya mementingkan dirinya sendiri. Karena kamu kan tidak hidup sendirian. Kamu masih memiliki keluarga, teman, dan orang-orang lain yang ada di sekitarmu yang perlu juga untuk kamu bahagiakan. Mengerti?" tanya Wanda.

     "Aku mengerti. Terima kasih, Wanda. Terima kasih, Cosmo. Maafkan aku karena aku telah egois. Mulai hari ini, aku berjanji akan menjadi anak yang lebih baik lagi dari hari ke harinya," jawab Timmy sambil meneteskan air mata penyesalan.





Tamat.

"Cerita ini hanyalah fiktif belaka, bila terdapat kesamaan tempat/waktu/karakter sesungguhnya itu semua memang disengaja."